Zefri, Bocah Penderita Gizi Buruk Asal Secanggang Langkat, Cita-citanya Guru, Tapi Orangtua Miskin
Posted on Februari 22, 2010 by ksemar
sumber : Pos Metro Medan
Jumat, 19 Februari 2010 | 09:29
Zefri (13) warga Dusun IV, Desa Jaring Alus, Kec Secanggang, Langkat, mengidap gizi buruk selama 7 tahun. Tubuhnya ceking, seperti tinggal kulit. Orangtuanya yang miskin tak mampu merubah kondisi bocah yang bercita-cita jadi guru ini.
Zefri adalah anak kedua dari 4 bersaudara buah perkawinan Anisah (30) dan Zulkifli (34). Sejak 6 tahun terakhir Zefri kekurangan gizi. POSMETRO MEDAN yang prihatin akan kondisinya mencoba melihat kondisinya secara langsung.
Untuk sampai ke tempat tinggal Zepri harus menempuh perjalanan lewat laut dengan menumpang boat di penyebrangan Batang Buluh, Desa Tanjung Ibus, Secanggang. Sekitar 48 menit terapung-apung di atas air, sampailah di Desa Jaring halus yang mayoritas penduduknya adalah nelayan.
Berkat petunjuk seorang warga setempat, POSMETRO MEDAN dengan mudah menemukan tempat tinggal Zepri. Menurut warga yang menuntun perjalanan itu, Zefri mengidap gizi buruk sejak berumur 7 tahun. “Kalau penyakitnya sudah lama bang, mungkin sudah lebih enam tahun. Pokoknya kasihan kalilah melihatnya,” ujar warga itu.
Disambungnya, setelah Anisah dan Zulkifli bercerai, Zepri tinggal bersama ayahnya di Desa Selotong, Kec Secanggang. Sedangkan 2 saudara kandungnya yakni Wahyu Ilham (8) dan Adim (6) ikut bersama ibunya di Desa Jaring alus bersama ayah tirinya M Isa (47). Semasa tinggal bersama ayahnya itulah, Zefri mengidap gizi buruk. Sebab itulah, Aisah mengambil Zefri dari ayahnya dan ibu tirinya.
Sadar putranya kena gizi buruk, Aisah membawanya ke Mantri Desa. Beberapa saat, kondisi Zefri membaik. Tapi, tak lama kemudian, Zefri mulai sesak nafas, batuk dan tak selera makan. Dan kondisinya mulai memburuk lagi. Saran Mantri Desa, Zefri dibawa ke Puskesmas saja. Dan saat diperiksakan, Puskesmas juga menyarankan Zefri dibawa ke RSUD Tanjung Pura pada Februari 2009 lalu.
Tapi apa lacur, kondisi Zefri tak berubah juga. Yang membuat Aisah pening, mereka harus membeli obat dari luar sebab obat yang dibutuhkan Zefri, tak termasuk dalam tanggungan Jamkesmas. Itu pula yang membuat Aisah makin bingung. Soalnya, penghasilan suaminya per hari sebagai nelayan pencari kerang hanya Rp30 ribu. Terpaksa Zefri dirawat di rumah saja.
“Nanti kalau bapaknya punya rezeki lebih, Zepri baru kami bawa berobat kembali,” ucap Aisah sedih. “Kalau bantuan dari pemerintah, kayaknya belum pernah ada dari Pemkab Langkat. Tapi Zepri pernah diberikan beberapa kali roti serta vitamin dari bidan desa (Bindes) dan mantri desa, selebihnya itu tidak ada,” tegas Anisah sambil memandangi wajah anaknya yang malang ini.
Zefri yang tak mengenakan baju lalu ikut nimbrung. Dia terlihat berbesar hati melihat kondisinya dan kondisi ekonomi ibu dan ayah tirinya. Tapi, ucapan lirih terlontar dari bibirnya. “Zefri cita-citanya mau jadi guru Pak. Tapi Zefri nggak bisa sekolah, Zefri mau sekolah,” harapnya.
Terpisah, Kepala Desa Jaring Alus, M.Salim, juga mengaku bantuan pemerintah belum pernah diberikan kepada Zefri. “Saya tidak tahu bagaimana caranya membantu keluarga Zepri agar dapat bantuan dana dari pemerintah Kabupaten Langkat,” ketusnya seraya mengaku sanggat prihatin atas kondisi korban.
Sementara, dr.Indra, mengaku Zefri bukan mengidap gizi buruk. “Bukan gizi buruk. Memang kurang gizi, tapi tidak termasuk program gizi buruk, sebab dia sudah lewat umurnya 6 tahun. Kalau umurnya di bawah enam tahun atau balita baru disebut gizi buruk,” terang Indra. Sambungnya, “Dia sudah hampir 14 tahun, memang kekurangan gizi artinya gizi buruk juga. Tapi katagori gizi buruk itu lebih tepatnya di usia balita. Ya kurang makan saja mungkin anak ini. Dan disinyalir, dia ada ganguan penyerapan. Jadi apapun yang ia makan tidak menghasilkan apapun terhadap perkembangan tubuhnya.”
Masih kata dr Indra, “Memang sebelumnya kita telah coba memeriksa teksesnya dan ketika kita tawarkan untuk dibawa ke rumah sakit menjalani perawatan, oleh keluarganya ditolak dengan alasan tidak ada yang merawat korban dan mencari makan. Memang keluarga ini terbilang miskin. Oleh sebab itulah kuat dugaan kita ia kekuragan asupan atau jatah makan yang tidak cukup. Tentang bantuan, kalau hanya sampai Puskesmas akan kita gratiskan pengobatanya, tapi kalau sudah dibawa kerumah sakit ya harus bayar, tapi mereka bisa mengunakan Jamkesmas atau Askes,” jelasnya.
Saat disoal perihal ketidakperdulian Dinas Kesehatan karena dr Indra sibuk melobi partai yang mau mengusungnya jadi Wali Kota Binjai, dengan entengnya dijawabnya, “Ah, nggak betul itu. Kalau masalah pemilihan Calon Wali Kota Binjai, ya doakanlah saya. Beberapa waktu lalu kita sudah tahu keadaan korban ini, tapi memang mereka saja yang tidak mau kita bawa untuk diperiksakan, jadi macamana lagi,” ucapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar